Rabu, 01 Februari 2012

Hidup itu Misteri

KEHIDUPAN REMAJA
    Suatu hari di sebuah universitas di Bandung, seorang anak bernama Putra. Dia anak yang terkenal ceria, terlihat selalu bahagia. Teman-temannya selalu menganggap, bahwa hidupnya tak pernah bermasalah. Dia memiliki seorang kekasih bernama Tasya. Tasya adalah seorang yang baik, dan ramah. Namun setelah ditinggal oleh ayahnya, dia  menjadi orang yang terlalu mengharapkan hal  yang tak mungkin.
    Suatu pagi, di rumah Putra..
    Krrrrrrinkkk.... Krrrrriiink.....
        “Duuhh,, siapa sih,, pagi-pagi udah ganggu..?!” keluh Putra saat telepon genggamnya berbunyi. Ada sebuah pesan ditelepon genggamnya.
    Selamat pagi, Putra.. jangan lupa ya, datang ke kampus jam 10 nanti. Aku tunggu yaa..
Pengirim
Tasya
06:24:13
        “Ada apa di kampus..? padahal aku berniat untuk berlibur hari ini.” keluhnya lagi..

    Pukul 09.30 pagi itu..
        “Duuhh,, males banget gw ke kampus..!!” gumamnya..

    Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi lagi. Kali ini pesan dari sahabatnya, Santo.

    Woooyy!!!! Putra cepet dateng.... Udah ditunggin...!!
Pengirim
Santo
09:43:35

        “Makin penasaran aja gw...”
    Sesampainya di kampus...
        “Ada apaan sih rame-rame gini..?” Tanya Putra pada salah satu sahabat Tasya bernama Lisa.
        “Udah.. liat aja di papan pengumuman..” jawab Lisa sambil tersenyum.
    Dia berjalan menuju papan pengumuman. Disana, sudah terlihat Tasya, Vanny, dan Santo menunggunya. Sebelum melihat papan pengumuman dia bertanya pada Tasya.
        “Sya, ada apa sih..?”
    Tasya hanya tersenyum dan membawanya ke papan pengumuman. Disana dia melihat sebuah pengumuman tentang pertandingan Karate se-Nasional.
Putra adalah salah satu penggemar berat Karate. Dia selalu ingin menang dalam setiap pertandingan yang dia ikuti. Tapi dari sekian pertandingan yang dia ikuti, dia hanya menjuarai 4 pertandingan. Dalam pertandingan kali ini, dia ingin sekali menang. Karena jika dia menjuarai pertandingan kali ini, dia bisa dikirim sebagai wakil dari Indonesia bertanding di Jepang.
Sejak pengumuman itu, Putra berlatih setiap harinya. Di kampus dia mengikuti pelatihan Karate setiap hari senin dan sabtu. Tapi, diluar itu dia terus berlatih demi memenangkan kejuaraan itu. Tasya selalu setia menamaninya berlatih. Namun terkadang Tasya tidak sendiri. Kadang Tasya membawa dua sahabatnya Vanny dan Lisa.
Vanny adalah anak yang ceria. Dia sering menjadi tempat curhat bagi teman dan sahabatnya. Karena menurut mereka semua Vanny bisa dipercaya menyimpan semua rahasia mereka. Vanny bercita-cita mejadi seorang Dokter. Karena katanya,, Dokter sangat peduli terhadap orang-orang yang membutuhkan perawatan, terutama perawatan medis.
Sedangkan Lisa adalah seorang yang cuek dan kurang peduli sama sekitarnya. Dia terlalu menganggap segalanya gak penting. Untuk urusan pacar pun, dia kurang peduli. Dari mulai dia mengenal cinta, dia baru memiliki 1 mantan. Dan sampai saat ini, dia belum memiliki kekasih lagi.
Saat mereka bertiga sedang berbincang-bincang, tiba-tiba Vanny bertanya pada Tasya..
    “Sya,, seneng banget sih loe nemenin si Putra latian..? Gak cape apa..? Klo gw jadi loe sih.. Gw cape banget..”
    “Yaa enggak lah Van, gw harus selalu ada buat dia kalo dia butuh gw.. Tapi sedihnya gw gak bisa nuntut dia untuk selalu ada buat gw kalo gw bener-bener butuh dia.. Dia juga kan sibuk. Kesibukan dia bukan hanya selalu sama gw. Tapi,, dia punya berjuta kesibukan lain yang lebih penting dari gw..” jawab Tasya dengan mukanya yang terlihat sedih.
Mendengar jawaba dari Tasya, Vanny langsung terdiam. Lalu Tasya mencoba mencairkan suasana sunyi itu dan berkata..
    “ Ekh,, daripada kita diem-dieman gini, mendingan kita makan es cream..! gimana..?”
Tasya mencoba tersenyum meskipun dia tidak bisa menyembunyikan kesedihan diwajahnya.
    “ Ayo atuh.. aku lagi pengen es cream hari ini..”  kata Vanny, berusaha menunjukan wajah minta maaf pada Tasya..
Merekapun pergi untuk membeli es cream. Di perjalanan, Lisa berbincang dengan Vanny.
    “Van, gara-gara loe  tuh,, si Tasya jadi sedih.. Pertanyaan loe aneh sih.. Untung dia gak nangis..”
    “yaa maaf... gw gak tau kalo pertanyaan gw bakal buat dia sedih.. loe juga tadi malah diem aja pas gw ngomong gitu..” kata Vanny merasa bersalah..
    “Ngomong..? Ngomong apa gw..?!! Kalo gw ngomong bukannya tambah baik, malah tambah buruk kali keadaan tadi.. Jadi,, mendingan gw diem aja.. Daripada gw salah ngomong jadi tambah parah kan..” balas Lisa.
Saat mereka berdua sedang ribut tiba-tiba Tasya memotong pembicaraan mereka ..
    “Ngapain sih kalian ribut-ribut..? Gw gak kenapa-kenapa.. Gw gak sedih.. Gw bahagia selalu ada buat Putra.. Karena dia adalah satu-satunya orang yang ngertiin gw.. saat ini..!!”
Mendengar itu, Vanny dan Lisa berdiam dan melanjutkan jalan mereka. Saat mereka tengah asyik makan es cream, Tasya di telepon oleh Putra. Putra mengajaknya untuk makan siang bersama. Jadi, Tasya meninggalkan Vanny dan Lisa berdua saja. Ketika mereka ditinggal oleh Tasya, mereka saling diam dan tidak ada satu pun suara yang mereka keluarkan dari mulut mereka. Lisa pun memulai pembicaraan.
    “Kasian banget yaa Tasya.. Dia selalu ada buat Putra tapi, Putra gak bisa selalu ada disampingnya Tasya.. Padahal,, Tasya lagi butuh dia banget.. Kan bentra lagi ada kompetisi Fisika.. dan Tasya jadi wakil dari kampus kita..”
    “Iya juga yaa.. Kira-kira Putra tau gak soal ini..?! Gawat banget kalo sampe dia gak tau tentang kompetisi ini..” balas Vanny..
Sementara itu di tempat Putra dan Tasya bertemu..
    “Kamu mau ngajak aku kemana sih, Put..?” tanya Tasya bingung
    “ Udah lah.. kamu tinggal ikut aku.. susah amat” jawab Putra sambil tertawa.
Mereka pun pergi ke sebuah restoran dekat kampus. Mereka berbincang-bincang bersama, bercanda bersama. Tiba-tiba Putra memberi sesuatu pada Tasya. Sebuah bungkusan kecil dibalut kertas kado yang indah dan diatasnya terdapat secarik surat dengan kertas berwarna merah hati. Tanpa banyak tanya, Tasya langsung tersenyum dan membuka bungkusan kecil itu. Ternyata bungkusan kecil itu berisi sebuah kalung lumba-lumba. Tasya sangat menyukai lumba-lumba. Dan yang membuat Tasya lebih bahagia adalah kalung itu sepasang. Satu ada di Putra dan satu lagi ada pada Tasya.Hal itu membuat Tasya sangat bahagia. Dia pun membaca surat itu. Isi suratnya begini..
“ Tasya.. Aku kasih ini buat kamu supaya kamu semangat di kompetisi Fisika lusa yaa... maaf aku gak bisa nemenin kamu di kompetisi itu. Jadi aku kasih kalung itu supaya kamu selalu ngerasa kalo aku ada sama kamu.. Aku sayang kamu..”
     “makasih yaa, put.. kamu emang cowo terbaik yang aku meliki saat ini..” kata Tasya tersanjung dengan kata-kata dalam surat itu..
    “iya sama-sama.. ya udah lanjutin makannya yaa..” balas Putra
Setelah usai mereka makan siang, Putra mengajak Tasya pulang bersamanya. Namun Tasya menolak. Sebab ia ingin menemui sahabat-sahabatnya.
Akhirnya...
Tasya kembali ke kampus untuk menemui sahabat-sahabatnya. Dia bercerita tentang semua yang dia alami saat makan siang bersama Putra. Mereka lega mendengarnya. Karena itu artinya, Putra sangt peduli dan sangat memperhatikan Tasya. Putra memang pria yang banyak membuat kejutaan. Hal itu yang membuat Tasya sangat menyayanginya. Dia juga sangat ceria sehingga Tasya selalu memiliki semangat untuk menjalani kehidupannya. Karena,, sebelum bertemu dengan Putra, Tasya sangat diam, di wajahnya tak sedikit pun tergambar kegembiraan dan kebahagiaan. Maka dari itu, Vanny dan Lisa sangat berterima kasih pada Putra karena telah mengembalikan kebahagiaan Tasya yang hilang selama ini.
Setelah pertemuan itu, Putra dan Tasya sepakat untuk tidak bertemu sementara waktu. Mereka sibuk mempersiapkan diri untuk acara mereka masing-masing. Rasa rindu, dan ingin bertemu sangat dirasakan oleh keduanya. Tapi mereka tetap harus fokus demi kemenangan yang mereka idam-idamkan itu.
Putra tidak dapat menemani Tasya untuk mengikuti kompetisi Fisika dikarenakan waktu pertandingan Karate dan kompetisi itu sama. Jadi pegangan mereka satu-satunya hanyalah kalung lumba-lumba itu.
Hari itu pun tiba....
Mereka merasa sangat siap menghadapi hal ini. Meskipun mereka tidak bisa bersama, mereka tetap semangat menjalani pertandingan dan kompetisi itu.
Kompetisi Fisika berjalan sangat baik. Untuk saat ini Tasya unggul. Namun, dia tetap berusaha agar tidak kalah dalam kompetisi itu.
Begitu juga pertandingan Karete, berjalan dengan sangat seru. Namun hal itu malah membuat Putra sangat tegang. Disetiap dia merasa tegang dia selalu memegang kalung itu dengan erat. Membayangkan itu adalah tangan Tasya yang selalu dia pegang erat saat dia takut atau tegang.
Detik-detik menentukan pun tiba. Mereka berusaha keras saat detik-detik terakhir itu.
Dewi fortunaa berpikah pada mereka...
Mereka memenangkan pertandingan dan kompetisi itu. Kemenangan itu mengubah semuanya. Putra dan Tasya menjadi sangat dekat, seperti tak terpisahkan. Sampai suatu ketika, ayah dari Putra masuk rumah sakit. Waktu mereka untuk bersama berkurang. Namun Tasya mengerti itu. Dia tidak bisa memaksaka Putra dalam keadaan seperti itu.
    Meskipun Putra sangat sedih dan trpukul atas keadaan ayahnya saat ini, dia berusaha untuk menutupi kesedihannya dengan selalu ceria, dan terlihat bahagia. Meskipun di depan Tasya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya, dia tetap berusaha tertawa bahagia di depan Tasya. Keadaan terus berjalan seperti itu hingga suatu saat Tasya bertanya pada Putra.
        “ Put, kamu sedih yaa, papa kamu masuk rumah sakit..? aku tau koq.. kamu gak usah nyembunyiin itu semua. Aku tau gimana perasaan kamu saat ini.”
        “aku gak pa pa koq.. beneran deh.. kamu percaya sama kau kan..?!” jawab Putra mencoba meyakinkan Tasya.
        “udah.. kamu jujur aja.. anggep aja aku ini tembok yang kamu ajak bicara karena kamu gak tau harus cerita sama siapa..”
        “okk aku jujur.. aku sedih banget.. sebenernya aku udah gak kuat sama keadaan aku saat ini. Aku Cuma pura-pura bahagia, supaya gak ada orang yang terbebani sama kesedihan aku ini. Aku rasanya mau nangis.. tapi.... aku coba kuat,, supaya gak ada orang yang tau bahwa sebenernya masalah aku, lebih berat dari semua orang yang anggep aku gak punya masalah. Setiap orang anggep aku gak punya masalah aku Cuma tersenyum dan terdiam.. kerena aku gak tau harus jawab apa saat orang-orang ngomong gitu ke aku.. Aku bingung sya.. apa yang harus aku lakuin sekarang..”
    Tasya terdiam.. Dia terlihat sedang berfikir sesuatu.. Tapi,, setelah berfikir cukup lama,, Tasya tetap saja tidak tau apa yang harus dia perbuat. Dia hanya berkata ..
        “yang kuat yaa, Put.. Tuhan pasti nolong kamu koq..”
    Putra hanya tersenyum, menanggapi perkataan Tasya.. Meskipun dia tak dapat menyembunyikan kesedihan di raut wajahnya.
    Beberapa hari setelah itu,, Putra dan Tasya jadi saling diam. Saat istirahat hari itu, Tasya bercerita pada kedua sahabatnya tentang apa yang di alami Putra.
        “ehh,, gw kasian xma Putra. Papanya sakit, kayanya dia sedih banget. Soalnya papanya sakit  setelah dia xma adenya sakit.. hmm.. kasian bangeet mamanya pasti sedih deh..”
        “wahh..?! masa sih.. Tapi Putra keliatan seneng-seneng aja tuwh.. Kaya yang gak punya masalah gitu.. Gak kaya temen-temennya, skali punya masalah langsung pundung... hahahaha...” ucap Vanny mencairkan suasana tegang antara mereka.
        “Iya juga yaa... napa si Putra gak diem gitu,, kaya temen-temennya klo punya masalah.. biar dia bisa cerita-cerita sama orang yang peduli sama dia..?” tanya Lisa heran..
        “Dia gak mau diperhatiin dengan cara gitu Lis.. Gw yakin,, dia bisa kuat ngehadapim semua masalah yang nimpa dia dan keluarganya.. hmm,,  sebenernya bahagianya tuh,, hanya topeng dari semua kesedihan yang dia rasain. Di balik topeng bahagianya, di balik ketegaran hatinya, ada sebuah kesedihan yang mendalam dan kerapuhan hati kecil dia, untuk menghadapi salah satu cobaan Tuhan, yang dia alami saat ini  ” Ucap Tasya dengan tenang.
    Setelah mendapat cerita itu, Vanny dan Lisa, setiap bertemu Putra selalu memandangnya dengan penuh keheranan. Suatu hari saat mereka bertiga menuju kantin, mereka bertemu dengan Putra. Mereka memandangnya. Lalu Putra bertanya pada Lisa dan Vanny..
        “Ada yang salah sama penampilan gw..? Gw liat tiap ketemu gw,, loe berdua mandangnya gitu amat..?!” Tanya Putra heran..
        “ Gak.. aneh aja.. Loe banyak masalah tapi,, kayanya,, seneng-seneng aja..”  jawab Lisa.
        “Yaa.. thu kan masalah-masalah gw ,, napa loe berdua yang sibuk sich.. anehh..” jawab Putra dengan ketus.
        “udah-udah,, gak usah ribut.. gak penting tau..” kata Tasya mencoba mendamaikan mereka..
    Tasya,, Lisa,, dan Vanny pun pergi ke kantin.. Saat pulang kuliah,, Putra mengajak Tasya, makan siang bersama. Saat perjalanan menuju tempat parkir motor, mereka masuk menuju perpustakaan. Di sana Putra menangis. Dia merasa sudah tidak bisa kuat menghadapi hal itu.. Tasya, mencoba meyakinkan dia, supaya dia mendapatkan kembali semangat dan kebahagaiannya. Karena baginya, kesedihan Putra adalah kehancuran bagi dirinya. Dia pernah berkata bahwa Putra, tidak bahagia jika terus bersamanya. Dan tadinya Tasya berniat untuk menjodohkan Putra dengan mantannya. Tapi, mengetahui hal itu, Putra menunjukan betapa dia cinta pada Tasya. Namun entah mengapa,, Tasya masih merasa bahwa Putra tidak mencintainya.
    Beberapa hari setelah kejadian itu, mereka bertiiga mendapat kabar bahwa Putra kembali bertemu dengan mantan kekasihnya dulu. Dan ternyata tanpa sepengetahuan Tasya, Putra masih menyimpan rasa pada mantannya itu. Mereka tak menyangka bahwa ternyata, Putra belum bisa melupakan mantannya. Mereka betiga tak menyangka bahwa Santo sahabat Putra menyembunyikan hal itu. Tapi, Vanny dan Lisa, berusaha untuk terus membuat Tasya bahagia dan melupakan kesedihannya itu.
    Usaha mereka sia-sia. Mereka tidak mampu membantu Tasya untuk mendapatkan kembali kebahagiaannya. Tasya terus saja bersedih dan menganggap bahwa dirinya tak pantas untuk Putra. Tasya berkata, bahwa Dia berniat untuk memutuskan Putra agar, kekasih tercintanya itu, bisa merasakan bahagia. Namun, idenya itu, tak disetujui oleh kedua sahabatnya itu.  Vanny dan Lisa tidak ingin Tasya dan Putra berpisah.. Namun Tasya tetap memaksa. Kedua sahabatnya itu, tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka terpaksa menyetujui rencana Tasya itu.
    Beberapa hari kemudian, Tasya masuk kampus dengan wajah sedih. Vanny dan Lisa, secara otomatis langsung menghampiri Tasya dan bertanya
        “kamu kenapa sya..? putus xma Putra..? cerita donk jangan nangis gitu..” tanya Lisa agak khawatir.
        “gak koq, aku gak kenapa-kenapa.. oiya, masuk kelas yukk, aku mau istirahat cape banget, tadi malem abis nonton bola..” jawab Tasya berusaha, menghindar dari pertanyaan Lisa.
        “yaudah hayu,, kasian banget kamu, sya.. ati-ati, nanti pas mulai pelajaran kamu tidur.. hahahaha...” canda Vanny untuk mencairkan suasana.
    Mereka bertiga pun berjalan menuju kelas, saat menuju kelas, mereka bertemu dengan Putra, dan Santo yang sedang berjalan menuju ruang perpustakaan. Saat berpapasan dengan mereka berdua, Vanny berkata
        “eits,, diem-dieman nih.. hahha..” canda Vanny.
        “diem lu,, gak usah berisik lah.. “ tanggap Putra dengan nada marah.
        “biasa aja atuh, gw juga Cuma bercanda, gak usah marah-marah gtu, gw juga bisa marah sama elu..” balas Vanny dengan ketus.
        “udah van, udah,, kita ke kelas aja yuk, gak usah di terusin lagi ribut-ributnya.” Kata Tasya, mencoba menenangkan.
        “okk, gw gak bakal ribut lagi sama dia. Ini, karna elu, sobat gw, sya. Dan buat elu,, urusan kita belum selese.” Kata Vanny dengan nada marah.
“gw gak takut sama lu, van..” jawab Putra.
    Vanny pun ikut dengan Tasya  dan Lisa, menuju ruang kelas. Di dalam kelas Vanny bertanya pada Tasya.
        “Sya, napa sih tu orang sensi banget..? lama-lama ngeselin tau gak..” Vanny mengawali pembicaraan mereka dengan kesal.
        “udahlah van, dia lagi ada masalah kali...” Jawab Tasya santai.
Beberapa hari berlalu, Tasya dan Putra tak pernah lagi bertegur sapa..
‘Apa yang terjadi dengan Putra..?’ pikir Tasya dalam hati.


TO BE CONTINUED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar